Realisme (seni rupa)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa unruk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun.
Pembahasan realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan yang bermula di Perancis pada pertengahan abad 19. Namun karya dengan ide realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal, yang sekarang lebih dikenal dengan nama India.
Daftar isi
• Problematika Realisme
• 1 Realisme sebagai gerakan kebudayaan
• 2 Realisme dalam seni rupa
• 3 Daftar pelukis realisme terkenal
• 4 Realisme dalam sinema
• 5 Lihat pula
• 6 Referensi
Problematika Realisme
Kata ‘real’(nyata) berasal dari bahasa latin ‘res’ yang artinya pengertian terhadap sesuatu yang kongkrit dan (sekaligus) abstrak. Sehingga ‘reality’ (realitas/kenyataan) berarti segala hal tentang sesuatu yang nyata, yang real, dan ‘realisme’ adalah doktrin filosofi tentang realitas dan aspek-aspeknya. Tapi, karena ilmu filsafat terbagi menjadi beberapa disiplin ilmu yang berbeda, maka doktrin realisme ternyata juga terbagi menjadi beberapa varietas yang berbeda pula. Secara fundamental antara lain dapat dibagi menjadi 6 disiplin ilmu berikut : ontolology (ontologi), semantics (semantik), epistemology (epistemologi), axiology (aksiologi), methodology (metodologi), dan ethics (etika).
Ontology mempelajari sifat dasar realitas, terutama problematika mengenai eksistensi(keberadaan). Semantics mempelajari tentang hubungan antara bahasa dan realitas. Epistemology menyelidiki tentang kemungkinan, sumber asal dan jangkauan pengetahuan manusia. Pertanyaan yang timbul dari tujuan permintaan jawaban adalah subjek dari axiology. Methodology mempelajari cara yang terbaik, yang paling efektif untuk mencapai pengetahuan. Dan yang terakhir, ethics, perhatian mengenai evaluasi standar dari tindakan manusia dan kemungkinan alternatif dari dunia yang lain.
Dengan memperhatikan masing-masing karakteristik ilmu-ilmu tadi, sekarang tampaknya lebih mudah untuk membedakan problematika realisme, is’nt it ?
- Ontological(OR) : entitas apa yang nyata? Apakah memang benar-benar ada dunia pikiran, dunia ide?
- Semantical(SR) : apakah hubungan sebuah objektifitas bahasa dunia adalah kebenaran?
- Epistemological(ER) : apakah pengetahuan tentang dunia itu mungkin?
- Axiological(AR) : apakah tujuan dari permintaan jawaban atas pertanyaan adalah kebenaran?
- Methodological(MR) : metode apa yang terbaik untuk mencapai pengetahuan?
- Ethical(VR) : apakah nilai moral itu eksis dalam realitas?
Setiap pertanyaan tersebut memiliki tipe jawaban positif dan negatifnya, dimana pendukungnya dapat diidentifikasikan sebagai ‘realis’ dan lawannya sebagai ‘anti-realis’.
Situasi tampaknya semakin kompleks. Hubungan antara enam disiplin ilmu tersebut merupakan titik fundamental awal pembelajaran filsafat, dimana ketidaksetujuan merupakan sebab sumber yang penting dalam perdebatan antara realisme dan anti-realisme.
Teori Plato tentang ‘bentuk’ berusaha memecahkan problematika ontology, epistemology, semantics, axiology, dan ethics secara bersamaan. Pandangan tradisional yang dikemukakan Aristoteles dkk.(para filusuf sebelum Socrates), menempatkan ontology sebagai filsafat pertama, sehingga epistemology menjadi pokok bahasan yang primer. Tetapi bagaimanapun banyak juga para filusuf yang mengikuti pemikiran Immanuel Kant yang menolak gagasan tentang ‘metafisika’: tugas pertama filsafat adalah mempelajari kemungkinan dan kondisi-kondisi dari pengetahuan dengan membongkar dan menelanjangi struktur bawaan dari pikiran manusia. Pengikut Kant telah mengubah struktur mental ke dalam kerangka bahasa dan konseptual. Analisis filsafat di abad 20 telah mempelajari pertanyaan tentang eksistensi melalui komitment-komitment ontological dari teori-teori dan konsep-konsep dari sistem-sistem. Tardisi pemikiran pragmatis telah mengalami perkembangan variasi sejak pemikiran yang diajukan oleh Charles Pierce tentang ‘mendefinisikan’ realitas dan kebenaran dengan konsensus akhir dari komunitas ilmiah. Hal ini merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menempatkan epistemology dan methodology sebelum semantics, dan semantics sebelum ontology.
Dalam hal yang sama, para pragmatis telah menolak gagasan dari fakta nilai perbedaan (Putnam1992), dimana kebebasan OR dan VR sering dilindungi “Hume’s guillotine” (misalnya: adalah tidak logis untuk menyatakan ‘sebaliknya’).
Michael Devitt dalam Realism and Truth(1991) memulainya dengan formulasi yang jelas. Dinyatakan bahwa isu pertanyaan OR seharusnya ditempatkan sebelum isu pertanyaan ER atau SR, sementara dua isu pertanyaan lainnya harus secara tegas dimusnahkan. Jika aturan ini dipakai sebagai premis argument bagi realisme, para pragmatis boleh komplain bahwa pertanyaan itu dipakai untuk menjatuhkan mereka –mereka bukan ‘bingung’ terhadap ontology, semantics, dan epistemology tapi hanya ‘tidak jelas’ perbedaan tujuannya. Lebih jauh lagi, realis ilmiah lainnya seperti Raimo Tuomela(1985), yang menerima prinsip scientia mensura (ilmu pengetahuan ilmiah adalah pengukur atas segalanya), mengklaim bahwa segala pertanyaan tentang eksistensi akan diputuskan terakhir setelah dilakukan penelitaian ilmiah.
Tesis utama Devitt adalah bahwa kebenaran sebaiknya dipisahkan dari realisme ontological(Devitt 1991:p.x): ‘No doctrine of truth is constitutive of realisme: there is no entailment from the one doctrine to the other’(p.5) –tidak ada doktrin kebenaran yang membentuk realisme: tidak ada hubungan ketergantungan antara doktrin yang satu dengan yang lainnya. Tesis ini tepat paling tidak dalam pengertian bahwa para realis ontological menerima gagasan kebenaran para anti-realis, dan semantical atau realisme pengganti sendiri tidak memberitahu pernyataan khusus yang mana yang benar dan yang mana yang salah (p.42). Selain itu, Devitt sendiri mendefinisikan teori korespondensi realis dari kebenaran, yang mengisyaratkan eksistensi dari realitas pikiran yang independent (p.29). Dalam hal yang sama, banyak formula realisme epistemological tidak akan menghasilkan pengertian tanpa adanya beberapa asumsi dari realisme ontological.
Michael Dummett(1982) berpendapat bahwa kita sebaiknya melakukan pendekatan OR melalui SR dan ER. Jika faktor S(semantics) dinyatakan sebagai bahan perdebatan (misalnya tentang entitas yang tidak dapat diobservasi atau tentang masa lalu) maka realisme tentang S adalah tesis yang pernyataanya memenuhi prinsip bivalence, misalnya ada objektifitas benar atau salah dalam realitas pikiran yang independent. Sedangkan anti-realis tentang S menolak gagasan bivalence(Luntley1988), dan menyarankan teori dimana kebenaran dan pengertian tergantung pada kemampuan dan peluang epistemic aktual kita.
Adalah adil untuk berharap bahwa filsafat bahasa akan membantu menjelaskan isu realisme dan anti-realisme. Pertanyaan ontological secara pasti terhubung dengan semantical dan epistemological. Tapi masih sangat meragukan apakah studi tentang bahasa dan artinya (semantic) dapat memecahkan isu-isu metafisika. Contohnya, akan ada pernyataan-pernyataan x yang tidak memiliki nilai kebenaran tertentu. Apakah pernyataan ini menentang realisme? Mungkin tidak, karena x bisa saja berupa pernyataan samar sederhana (misalnya:’ sekarang hujan’), sementara realitas dimana x dibahas (misalnya cuaca) adalah seutuhnya pikiran independent. Dengan kata lain realisme Ontological tidak perlu terhubung dengan prinsip bivalence.
Memang dibutuhkan pendapat Devitt tersebut demi kejelasan untuk menjaga pemisahan problematika realisme secara konseptual –sejauh yang kita bisa. Tapi hal ini tidak berarti kita bisa memposisikan isu ontological sebelum semua isu epistemic atau semantic, atau bahwa kita sebaiknya pada akhirnya nanti menghindari doktrin ‘hybrid’ (Devitt1991:47). Menurut pemikiran Richard Boyd(1990) realisme adalah pandangan dunia filsafat, sebuah ‘paket filsafat sklala besar’, dan dibutuhkan bahwa kita berusaha mencoba untuk menemukan kombinasi yang paling masuk akal dari kombinasi posisi ontological, semantical, epistemological, axiological, methodological dan ethical. Dengan kata lain adalah tidak menjanjikan mengharapkan OR dapat terpecahkan dengan tanpa keraguan tanpa memperhatikan SR, ER, AR, MR dan VR dan interkoneksi di dalammya.
Terutama realisme ilmiah kritis dalam bentuk ‘research programme’ dalam filsafat ilmiah dan manfaatnya untuk dapat dievaluasi oleh masing-masing kontribusinya ke seluruh problematika realisme.
1. Realisme sebagai gerakan kebudayaan
Realisme menjadi terkenal sebagai gerakan kebudayaan di Perancis sebagai reaksi terhadap paham Romantisme yang telah mapan di pertengahan abad 19. Gerakan ini biasanya berhubungan erat dengan perjuangan sosial, reformasi politik, dan demokrasi.
Realisme kemudian mendominasi dunia seni rupa dan sastra di Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat di sekitar tahun 1840 hingga 1880. Penganut sastra realisme dari Perancis meliputi nama Honoré de Balzac dan Stendhal. Sementara seniman realis yang terkenal adalah Gustave Courbet dan Jean François Millet.
2. Realisme dalam seni rupa
Perupa realis selalu berusaha menampilkan kehidupan sehari-hari dari karakter, suasana, dilema, dan objek, untuk mencapai tujuan Verisimilitude (sangat hidup). Perupa realis cenderung mengabaikan drama-drama teatrikal, subjek-subjek yang tampil dalam ruang yang terlalu luas, dan bentuk-bentuk klasik lainnya yang telah lebih dahulu populer saat itu.
Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi setiap kali perupa berusaha mengamati dan meniru bentuk-bentuk di alam secara akurat. Sebagai contoh, pelukis foto di zaman renaisans, Giotto bisa dikategorikan sebagai perupa dengan karya realis, karena karyanya telah dengan lebih baik meniru penampilan fisik dan volume benda lebih baik daripada yang telah diusahakan sejak zaman Gothic.
Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari karya-karya Rembrandt yang dikenal sebagai salah satu perupa realis terbaik. Kemudian pada abad 19, sebuah kelompok di Perancis yang dikenal dengan nama Barbizon School memusatkan pengamatan lebih dekat kepada alam, yag kemudian membuka jalan bagi berkembangnya impresionisme. Di Inggris, kelompok Pre-Raphaelite Brotherhood menolak idealisme pengikut Raphael yang kemudian membawa kepada pendekatan yang lebih intens terhadap realisme.
Teknik Trompe l'oeil, adalah teknik seni rupa yang secara ekstrim memperlihatkan usaha perupa untuk menghadirkan konsep realisme.
3. Daftar pelukis realisme terkenal
• Karl Briullov
• Ford Madox Brown
• Jean Baptiste Siméon Chardin
• Camille Corot
• Gustave Courbet
• Honoré Daumier
• Edgar Degas (juga seorang Impressionis)
• Thomas Eakins
• Nikolai Ge
• Aleksander Gierymski
• William Harnett (spesialis trompe l'oeil)
• Louis Le Nain
• Édouard Manet (berhubungan pula dengan Impressionisme)
• Jean-François Millet
• Ilya Yefimovich Repin
4. Realisme dalam sinema
Italian Neorealism adalah gerakan sinematikyang memperjuangkan pemikiran realisme setelah era perang dunia kedua di Italia. Sineas realisme terkenal di antaranya Vittorio De Sica, Luchino Visconti, dan Roberto Rossellini.
5. Lihat pula
• Naturalisme (seni rupa)
• Fotorealisme
• Romantisme
•
6. Referensi
West, Shearer (1996). The Bullfinch Guide to Art. U.K.: Bloomsbury Publishing Plc. ISBN 0-8212-2137-X.
SELAYANG PANDANG NEGERI SUDAN
Bismillahirrahmanirrahim
Letak Greografis dan Alam
Sudan merupakan negara republik (Republik of The Sudan) dengan wilayah terluas di benua Afrika dan negara-negara Arab lainnya. Total wilayah Sudan mencakup 2,5 juta km persegi (kira-kira 1 juta mil persegi) yang merupakan 8,3 % dari seluruh luas benua Afrika, dan termasuk salah satu dari sepuluh negara terluas di dunia. Wilayah Sudan berbatasan dengan sembilan negara, yaitu : Afrika Tengah (1.160 km), Chad (1.360 km), dan Kongo (628 km) sebelah barat, Libya (383 km), dan Mesir (1.273 km) sebelah utara : Ethiopia (1.160 km), Eritrea (605 km), Kenya (232 km), Uganda (435 km) sebelah selatan. Perbatasan yang panjang warisan kolonialisme ini, digariskan berdasarkan pembagian kepentingan para kolonial bukan berdasarkan pembatasan alamiyah. Ini semua tentu menjadi potensi konflik dengan negara-negara tetangga.
Sudan mencapai kemerdekaan setelah melepaskan diri dari protektorat Inggris-Mesir pada 1 Januari 1956. Negara ini juga dilalui oleh garis khatulistiwa. Mengingat letak wilayahnya yang berada di zona tropis benua Afrika, maka Sudan memiliki iklim tropis dengan curah hujan kurang dari 100 mm di Sudan utara yang umumnya terdiri dari wilayah gurun, dan 1000 mm di Sudan selatan. Sudan mengalami dua pergantian musim setiap tahunnya. Pada bulan Desember- April adalah musim dingin, sementara pada bulan Mei-Juli adalah puncak musim panas dengan ketinggian suhu mencapai 47 C rata-rata. Hujan turun di sekitar bulan Juli-Agustus, terutama untuk wilayah-wilayah sekitar Khartoum. Secara umum wilayah Sudan utara merupakan daerah yang cukup panas dengan wilayah gurun pasir yang cukup luas. Sementara Sudan wilayah selatan adalah kawasan hijau yang mempunyai pepohonan lebat dan kaya akan sumber daya alam. Iklim panas mencapai puncaknya antara April hingga Oktober dengan suhu rata-rata antara 38-40 C. sedangkan pada bulan November hingga Maret suhu akan terasa panas. Wilayah Sudan menyediakan sumber air yang tiada henti sepanjang tahun, baik untuk keperluan air minum, pertanian maupun pembangkit listrik. Wilayah sepanjang lintasan sungai Nil merupakan lahan subur bagi pertanian kapas, tebu, wijen dan tanaman pangan lainnya. Sedangkan padang rumput yang terdapat di wilayah Sudan tengah dan selatan telah memungkinkan berkembangnya peternakan dan menjadikan Sudan sebagai eksportir daging dan produk peternakan terpenting bagi negara-negara arab.
Sosial Budaya
Khartoum adalah nama Ibukota Sudan, ia terletak dijalur pertemuan dua sungai Nil, yaitu nil putih dan nil Biru dengan jumlah penduduk mencapai 4 juta jiwa
Struktur sosial budaya Sudan terdiri dari satuan satuan lepas yang berganda. Sekitar 600 kelompok etnis yang berbeda satu sama lain, terutama penduduk di bagian utara dan selatan. Mereka terdiri dari kabilah-kabilah yang berpencar dan berpindah-pindah. Kebudayaan Sudan tumbuh dari unsur-unsur kebudayaan Islam dan Afrika. Islam masuk ke bumi Sudan pada pertengahan abad ke-7 melalui pedagang Arab yang melintasi laut merah dan masuk ke daerah Nubiah dan Bija di timur laut Sudan.
Jumlah penduduk Sudan saat ini mencapai 33 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun 2,7 persen (tingkat kelahiran adalah 4 persen dan kematian 1,3 persen). Penduduk Sudan terdiri dari berbagai kelompok etnis, yaitu etnis Afrika Kulit hitam (52 persen), Arab (39 persen), Beja (6 persen) Asing (2 persen) dan etnis lainnya 1 persen. Mayoritas penduduk, terutama di Sudan utara, sekitar 75 persen menganut Islam aliran Sunni. Selain itu, 20 persen menganut anismisme dan 5 % memeluk kristen, terutama di wilayah Sudan Selatan.
Sudan khususnya wilayah utara, merupakan wilayah yang relatif aman. Tingkat kriminal di Sudan cenderung rendah. Ini disebabkan karena pemerintahan Sudan yang cukup gigih dalam menerapkan syari’at Islam. Bangsa Sudan merupakan bangsa yang ramah, bersahabat serta suka menolong. Oleh karena itu, walaupun negara ini masih masih minimal dalam fasilitas dan infrastuktur, tidaklah membuat pengunjung menjadi bosan dan kecewa.
Bahasa dan Mata Uang
Bahasa arab adalah merupakan bahsa resmi di Republik Sudan, sedang bahasa inggris merupakan bahasa kedua setelah bahasa Arab. Disamping itu negara memberikan izin terhadap perkembangan bahasa-bahasa setempat serta bahasa internasional lainnya. Walaupun bahasa resmi Sudan adalah bahasa Arab, namun bahasa Inggris juga digunakan secara luas di kalangan pejabat pemerintahan dan kalangan dunia usaha, serta di wilayah Sudan Selatan. Sudan tergolong sebagai negara berkembang dengan pendapatan per kapita sebesar US$ 357. Satuan dasar mata uang Sudan adalah Sudanese Pound (SDG) dengan nilai tukar rata-rata SDG 2 :US$ 1 (Juli 2007).
Pendidikan
Di bidang pendidikan formal, Sudan mempunyai banyak universitas ternama yang sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun. Diantara perguruan tinggi tersebut adalah Khartoum University, Omdurman Islamic University, El-Nilein University, Khartoum International Institute of Arabic, Universitas Al Quran Al Karim dan yang paling muda adalah International University of Africa.
Jumlah mahasiswa dan mahasiswi Indonesia di Sudan sampai saat ini tercatat sekitar 175 orang yang terbagi dalam tujuh Perguruan Tinggi besar yang ada di Sudan, pada program yang berbeda mulai dari program S1 sampai dengan program S3, di mana 35% diantara mereka adalah mahasiswa program pasca sarjana. Dari seluruh mahasiswa yang ada, 40% diantaranya melaksanakan perkuliahan dengan biaya sendiri tanpa ada bantuan dari instansi atau sponsor lainnya, dan hanya mengandalkan bantuan dari keluarga yang tidak mereka terima secara periodik. Sementara kondisi kehidupan di Sudan terbilang cukup berat dengan perbandingan harga-harga barang yang cukup jauh diatas standar harga barang di Indonesia (mencapai 1:3)
Belum lagi dengan cuaca dan kondisi di Sudan yang kadang kurang bersahabat, sehingga bagi yang tidak kuat daya tahan tubuhnya atau kurang pemenuhan gizinya, akan mudah terserang penyakit malaria. Hal seperti ini ditambah lagi dengan fasilitas kesehatan dan obat-obatan yang cukup mahal. Untuk kebutuhan buku-buku referensi, sangat berat bagi mahasiswa untuk memenuhinya karena selain tingkat harga yang lebih mahal di banding buku-buku di negara arab lainnya, juga karena dari segi pendanaan untuk kebutuhan-kebutuhan lainnya .
Adapun pendidikan non formal, di Sudan terdapat banyak majelis-majelis ilmu yang menggunakan system talaqqi lewat para masyaikh yang tersebar hampir di seluruh penjuru Sudan, dan diantara jama’ah yang paling eksis dalam bidang ini adalah jama’ah anshar sunnah al muhammadiyah yang menebarkan dakwah ahlus sunnah wal jama’ah dengan pemahaman salaf as sholeh
Keamanan dan Politik
Di bidang Keamanan dan Politik, Sudan termasuk negara yang paling rajin melakukan “Kudeta” semenjak merdekanya hingga detik ini. Belum lagi perang saudara antara pemerintah Sudan dan para pemberontak Sudan Selatan yang menginginkan kemerdekaan, tentu saja desakan ini didalangi oleh Amerika yang notabenenya untuk mengambil keuntungan dari Sudan Selatan berupa minyak bumi yang melimpah ruah.
Pada tanggal 1 April 2005, DK PBB mengeluarkan resolusinya untuk menghukum para petinggi Sudan atas perang saudara yang berlangsung 22 tahun dan menelan lebih kurang 1 juta jiwa dari kedua belah pihak. Resolusi ini dapat tekanan dari berbagai negara-negara arab lainnya terutama negara China (punya hak Veto), Korut dan Malaysia (PERTAMINA Indonesia pernah ditawarkan untuk menanggulangi pengeboran minyak Sudan pada era 1980an, karena Sudan merasa berhutang budi terhadap Republik Indonesia yaitu negara pertama kali yang mengakui kemerdekaan Sudan pada tahun 1956 di Konferensi Asia-Afrika sampai sekarang). Tekanan-tekanan ini akhirnya memudarkan surat resolusi DK PBB tadi. Alhamdulillah……..
Sebelumnya, untuk mengakhiri perang saudara di Republik Sudan dan mengawali perdamaian di bumi El-Nilein, pemerintah mengadakan Ittifaqus Salam terhadap pemberontak pada awal Januari 2005, konsekuensi hasil perundingan tersebut adalah mengangkat kepala pemberontak yaitu DR. John Garang menjadi wakil presiden I (ada dua wakil presiden). Pelantikan dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2005.
Tertanggal 28 Juli 2005 DR.John Garang tewas atas jatuhnya helikopter yang ditumpanginya setelah ziarahnya dari negara bagian selatan Sudan yaitu Uganda (Sumber persenjataan pemberontak Sudan Selatan sekaligus “adik angkatnya Amrik”). Tepat 22 hari dilantiknya DR.John Garang menjadi wakil presiden I.
Hal inilah yang menjadi pemicu kerusuhan pada tanggal 1 Agustus 2005 yang memakan korban hampir 250-an orang. Terutama bagi warga asing keturunan Arab dan masyarakat Sudan Utara yang umumnya berwajah arab. Pusat kerusuhan terletak di wilayah Khartoum I tempat pusat pemerintahan, industri, usaha.
Obyek Wisata
Berbicara tentang obyek wisata di Sudan, bisa dikatakan secara umum bahwa sektor ini belum menjadi prioritas utama di Sudan. Hal ini disebabkan karena pola hidup cara berfikir sebagian besar masyarakat yang cenderung masih tradisional. Walaupun begitu Sudan memiliki beberapa obyek wisata yang cukup indah dan yang paling terkenal adalah Sungai Nil; tempat yang sangat bersejarah dan sebagaimana disebutkanlah dalam hadits Bukhari merupakan salah satu sungai di surge kelak. Namun demikian tidak disyariatkan bagi seorang muslim untuk bersusah payah mendatanginya karena dia tidak termasuk dari tiga tempat yang disyariatkan untuk diziarahi yaitu Masjid Haram, Mesjid Nabawi dan Mesjid Aqsha.
Taman-taman syurga (Majelis Ilmu )
Sebagaimana telah disebutkan bahwa majelis-majelis ilmu (pendidikan non formal) tersebar di seluruh penjuru Sudan, berikut ini kami menyebutkan beberapa majelis ilmu yang berkala setiap pekannya dan sangat bermanfaat untuk dihadiri para penuntut ilmu.
Sabtu :
Ba’da Maghrib : Siroh Nabawiyyah oleh Syaikh. Muhammad Sayyid Hajj (Mesjid ‘Imaraat)
: Syarah Kitab Tauhid oleh Syaikh. Mahran Mahir (Mesjid Kholid bin Walid)
Ahad :
Ba’da Maghrib : Shohih Sunan Tirmidzi oleh Syaikh. Amin Hajj Muh.Ahmad (Mesjid Ali bin Abi Tholib-Ma’muroh)
Senin
Ba’da Shubuh : Al Muwaththo’ oleh Syaikh. Amin Hajj Muh.Ahmad (Mesjid Ali bin Abi Tholib-Ma’muroh)
Ba’da Maghrib : Al Muwaththo’ oleh Syaikh. Umar Abdullah (Mesjid As Salam-Thoif)
Selasa
Ba’da Shubuh : Fathul Majid oleh Syaikh. Amin Hajj Muh.Ahmad (Mesjid Ali bin Abi Tholib-Ma’muroh)
Ba’da Maghrib : Zaadul Ma’ad oleh Syaikh. Amin Hajj Muh.Ahmad (Mesjid Ali bin Abi Tholib-Ma’muroh)
Tafsir Surat Al Baqaroh oleh DR. Muh.Amin Ismail (Mesjid As Salam-Thoif)
Rabu
Ba’da Shubuh : At Tajrid Ash Ashorih (Mukhtashor Shohih Bukhari) oleh Syaikh. Amin Hajj Muh.Ahmad (Mesjid Ali bin Abi Tholib-Ma’muroh)
Ba’da Maghrib : Al Qawanin Al Fiqhhiyyah oleh Syaikh. Amin Hajj Muh.Ahmad (Mesjid Ali bin Abi Tholib-Ma’muroh)
Kamis
Pagi ,pkl.10.00-12.00 WS : Kitab Asy Syari’ah –Imam Ajurry oleh DR. Kholid Abd. Lathif (Mesjid Omdurman)
Jumat
Bada Maghrib : Siyar A’lam An Nubala’ oleh Syaikh Abd. Hafizh Al ‘Adasy (Mesjid Fathimah-Riyadh)
Selain dari majelis ilmu yang berkala setiap pekannya juga terdapat majelis ilmu yang berkala setiap bulan dan muhadhorah serta dauroh syar’iyyah yang sifatnya insidentil. “…Wa fii dzaalika falyatanaafasil Mutanaafisuun…”
Sumber: data PPI Sudan dengan beberapa perubahan.
Syekh Faqih Mukhtar: Sudan Minta Negara Muslim Pahami Akar Konflik
Propaganda Barat ingin menimbulkan kegoncangan di Sudan. Padahal di dalam negeri kondisi negeri ini sudah membaik. Apa yang terjadi di Sudan selama ini? Berikut wawancara Eramuslim dengan Syekh Faqih Mukhtar.
Propaganda yang dilancarkan barat terhadap Republik Sudan, dilakukan untuk menimbulkan kegocangan dan ketidakstabilan di dalam negeri Sudan yang kondisinya mulai mengalami kemajuan dibidang ekonomi.
Karena itu, negara muslim di kawasan Afrika Tengah ini giat melakukan diplomasi keluar negeri untuk menghilangkan citra negatif bangsanya akibat propaganda barat yang tidak menyukai kemajuan dinegara tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan mereka dengan menghadiri pertemuan pertemuan ulama dan cendikiawan muslim atau International Conference of Islamic Scholar (ICIS) III yang berlangsung selama tiga hari di Jakarta.
Berikut perbincangan Juru Bicara Hubungan Luar Negeri Kementerian Wakaf Sudan Syekh Faqih Mukhtar, dengan Eramuslim di sela-sela penyelenggaraan ICIS III.
Dari pertemuan ini, peran apa yang diharapkan bangsa Sudan dari Indonesia dan juga negara-negara Islam lain?
Tujuan Sudan datang ke sini untuk berbagi pengalaman Sudan dalam mengatasi konflik di dalam negerinya. Baik itu konflik di Darfur, Sudan juga pernah mengalami konflik di perbatasan Somalia, dan dikeluarkan kesepakatan damai pada tahun 2005. Sudan ingin berbagai dengan negara- negara lainnya, bagaimana akar konflik yang terjadi sesungguhnya terjadi di Sudan, dan bagaimana cara menyelesaikan konflik dengan baik, itu yang pertama. Yang kedua, lebih mengenalkan Sudan ke publik lain, terutama keadaan dalam negeri Sudan terlebih lagi konflik yang terjadi di dalam negeri, juga tentang kemajuan yang sudah dicapai Sudan.
Inikan pertemuan ulama dan cendikiawan muslim, apakah ada permintaan spesifik?
Adanya isu hangat akan ditangkapnya Presiden Sudan Umar Basyir, karena tuduhan melakukan pembantaian di Darfur itu. Di sini kami akan mengklarifikasi semua itu, yang diharapkan keputusan konferensi ini dapat membantu memuluskan keadaan dalam negeri Sudan.
Apa mungkin Uni Arfika sudah cukup menangani konflik Darfur?
Berhubungan pertanyaan ini, sebenarnya Uni Afrika bisa menanganinya, tetapi pemerintah Sudan mempunyai keinginan melakukan upaya-upaya diplomatik, dengan menghadiri forum-forum seperti ini. Dalam rangka memantapkan langkah pemerintahan Sudan, masalah pemerintahan Sudan sudah memperjuangkan masalah-masalah dalam negerinya di Uni Afrika, kemudian di Uni Arab, dan membawanya ke PBB. Mudah-mudahan dengan dibawa ke ICIS ini akan semakin lebih banyak membantu dalam memperbaiki keadaan dalam negeri Sudan. Karena ini bagian dari diplomasi luar negeri.
Apakah anda memandang ada sigma negatif dari pemberitaan terhadap kondisi Sudan?
Pers kalau dinegara lain menjadi kekuatan yang empat, tetapi kalau di Sudan pers menjadi kekuatan yang pertama. Karena pers mempengaruhi pandangan masyarakat di Sudan sendiri, terutama masyarakat luar negeri tentang imeje Sudan. Karena itu, kami akan menyampaikan apa ada keadaan dalam negeri Sudan, mungkin melalui VCD agar pers tahu bahwa Sudan tidak sejelek apa yang di beritakan.
Bagaimana tanggapan anda bahwa konflik Sudan itu akibat konflik Arab pendatang dengan Arab asli?
Pemberitaan tentang konflik Sudan karena perseteruan antara Arab pendatang dan yang asli, itu tidak benar, itu terlalu dibesar-besarkan oleh media barat. Karena media Arab dan media Afrika tidak memberitakan seperti itu. Karena didaerah Sudan yang lebih jauh dari Darfur, antara orang Arab dengan penduduk pribumi asli itu damai-damai saja.
Bagaimana pandangan anda tentang keberadaan milisi Jan Jaweed yang dalam dugaan masyarakat Internasional sebagai pengacau di Sudan?
Milisi Jan Jaweed itu adalah mitos yang dibuat-buat saja dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan Presiden Umar Basyir. Sebab itu milisi Arab iuntuk di Darfur. Padahal di Darfur wilayah yang setarus persen umatnya muslim. Di sini ada kelompok yang dipersenjatai barat untuk mengacaukan keadaan dalam negeri Sudan. Di sini ada pemecahbelahan etnis. Dia merupakan kelompok yang menjaga perbatasan, dan memerangi pencuri.
Harapan Sudan terhadap Indonesia dalam proses penyelesaian konflik di Darfur?
Hubungan Diplomatik Sudan dengan Indonesia ini sangat baik, dan sangat erat bahkan sejak KTT Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Presiden Sudan bersama Presiden Soekarno dan negara lainnya memprakarasai kemerdekaan negara dunia ketiga. Hubungan Diplomatis Sudan-Indonesia sudah berlangsung lama.
Bagaimana tanggapan Sudan atas rencana pengiriman pasukan perdamaian dari Indonesia?
Sudan menyambut baik kedatangan pasukan perdamaian Indonesia untuk menciptakan keamanan dan stabilitas negeri Sudan. Selain itu, kami berharap Indonesia juga bisa membantu perbaikan citra Sudan dimata dunia, karena Indonesia negara berpenduduk muslim terbesar dan suaranya lebih didengar
Sudan--Sudan menolak resolusi perdamaian yang diajukan PBB. Akibatnya, upaya menghentikan pembantaian yang terjadi di Darfur menjadi tidak pasti. Lindsay Vessey dari Open Doors` Advocacy Coordinator menyatakan bahwa orang-orang Kristen menjadi lebih mewaspadai tragedi di Sudan ini, baik yang terjadi di Utara maupun di Darfur. Dalam waktu dekat mereka akan mengadakan dua aksi kampanye, yang pertama adalah kampanye mobilisasi doa agar gereja yang teraniaya dapat berhubungan dengan gereja di Barat. "Kedua, bisa dibilang kami melakukan kampanye melalui surat elektronik (e-mail) dengan Sekjen PBB Kofi Annan dan memberi tahu dia apa yang terjadi dengan orang-orang Kristen di Sudan," sambungnya lagi. Vessey juga menyatakan bahwa kampanye tersebut merupakan kesempatan untuk melakukan aksi solidaritas. "Kami semua adalah tubuh Kristus, dan sering kali di gereja Barat, kami hanya memikirkan tentang `kami` dan `mereka`. Yang diingini Tuhan bukanlah kami mengurus diri kami sendiri, dan mereka mengurus diri mereka sendiri, dan tidak ada yang lebih baik yang bisa kami lakukan selain menguatkan mereka dalam masa-masa sulit. Permohonan pertama yang diminta orang-orang Kristen teraniaya di seluruh dunia adalah doa kita.
[Sumber: Mission Network News, September 2006]
Pokok Doa:
• Doakan saudara-saudara kita di Sudan agar mereka kuat, teguh, dan sabar menghadapi masa-masa sulit yang dialami mereka.
• Doakan agar ada campur tangan PBB kepada orang-orang percaya di sana. Berdoalah senantiasa agar gereja-gereja di seluruh dunia bersatu hati dalam doa untuk mendukung gereja-gereja yang teraniaya.
Unmul Kerja Sama dengan 7 Universitas di Sudan
SAMARINDA, MINGGU-Universitas Mulawarman (Unmul) menjalin kerja sama dengan tujuh Universitas di Sudan. Kerja sama tersebut ditandai dengan kedatangan Menteri Pendidikan dan Riset Sudan Prof Dr Fathi Mohammed El-Khalifa beserta tujuh rektor universitas negeri di Sudan, di antaranya Rektor Khartoum University Prof Dr Mohammed Ahmed El-Sheikh dan Rektor Ghezira University Prof Dr Ismail Hassan Husein.
Rombongan dari Sudan tersebut disambut Rektor Unmul Prof Dr Achmad Ariffien Bratawinata dan Pj Gubernur Kaltim yang diwakili Asisten I Pemprov Kaltim Drs Sjahruddin di Gedung Pusrehut Unmul, Sabtu (23/8) malam.
"Kami datang ke Indonesia atas undangan Menteri Pendidikan Nasional, dan kami bersama para rektor universitas di Sudan datang ke Unmul atas undangan rektor Unmul," kata Menteri Pendidikan dan Riset Sudan melalui penerjemah di hadapan para undangan di Unmul.
Kedatangan rombongan dari Sudan, kata Fathi, untuk mengokohkan kerja sama yang telah dimulai sejak tahun lalu. "Namun tahun lalu itu masih bersifat teori, sehingga tahun ini kami ingin dalam bentuk riil. Kerja sama ini mencakup bidang penelitian, pengajaran serta pertukaran mahasiswa dari Indonesia ke Sudan dan dari Sudan ke Indonesia," paparnya.
Fathi juga menuturkan Sudan memiliki kekayaan di bidang pertanian untuk mencukupi kebutuhan pokok dalam negeri, kecuali gandum yang mereka impor 30 persen. "Saya punya pengajuan khusus. Tadi disebutkan Kaltim memproduksi pupuk. Maka kami usulkan agar dibuatkan pabrik pupuk di negara kami, atau kami diberi harga khusus sehingga terjangkau," kata Fathi . Sebagai bentuk kerja sama, Fathi berjanji akan memberikan syarat yang mudah bagi Indonesia bila hendak berinvestasi di Sudan.
Menurut Rektor Unmul kerja sama antara universitas negeri di Sudan dengan Unmul ini diarahkan pada bidang penelitian, beasiswa pendidikan luar negeri, dan pertukaran mahasiswa. "Sudah ada tiga lulusan kami yang telah selesai belajar di Sudan, khususnya bidang ilmu Islam. Sekarang mereka sudah direkrut sebagai dosen di Unmul," kata Ariffien.
Unmul akan kembali mengirim mahasiswa yang potensial untuk belajar program magister dan doktoral di Sudan. Dalam pertemuan di Gedung Pusrehut ini, turut hadir para dekan di Unmul, Kepala Biro Humas Pemprov Kaltim M Jauhar Effendi, Danrem 091/ASN, dan jajaran Muspida Kaltim.
Kedatangan tamu istimewa dari Sudan ini sebagai tindak lanjut nota kesepahaman Unmul dengan tujuh universitas negeri di Sudan, Maret lalu. Sayangnya Mendiknas RI tidak bisa hadir dalam kunjungan ke Unmul ini. Mendiknas mewakilkan kepada Ditjen Riset Dikto Murthadho Ali Usman dan Biro Kerja Sama Internasional dan Budaya Dikti Dr Saifuddin M.
Fathi beserta tujuh rektor universitas negeri di Sudan juga mengunjungi beberapa fakultas di Unmul dan Kebun Raya Unmul Samarinda (KURS), Minggu (24/8). Fakultas yang dikunjungi antara lain Kedokteran, Pertanian, Ekonomi dan Kehutanan. (may)
Republik Sudan Jajaki Kerja Sama dengan ITS
SURABAYA - Pemerintah Republik Sudan menjajaki kemungkinan kerja sama di bidang pendidikan dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Keinginan tersebut terungkap dalam kunjungan Menteri Pendidikan Tinggi dan Riset Republik Sudan Prof Dr Fathi Mohammed El-Khalifa bersama rombongan ke Rektorat ITS, Senin (25/08/2008).
Rombongan Pemerintah Sudan tersebut antara lain Rektor Universitas Jazirah Prof Dr Ismail Hassan Husein, Rektor Universitas Khartoum Prof Dr Mohammed Ahmed El-Sheikh, Ketua Umum Bidang Keilmuan Dr Musthofa Muhammad Ali Balah, Kepala Administrasi Hubungan Kerja Sama Kebudayaan Luar Negeri Dr Saifuddin Mu'tadi, dan Kepala Kantor Kementerian Negara Pendidikan Tinggi dan Riset Ilmiah Mr Murthado Ali Usman.
Mereka juga didampingi Direktur Ketenagaan Ditjen Dikti Depdiknas Prof Muklas Samani. Dalam pertemuan dengan para pejabat ITS, Prof Fathi memaparkan upaya pemerintah Sudan saat ini dalam meningkatkan pendidikan tinggi.
"Pemerintah (Sudan) saat ini gencar melakukan investasi untuk pendidikan tinggi. Saat ini di Sudan terdapat 28 universitas negeri, 6 universitas swasta, dan 53 college swasta," terang lelaki bersurban itu.
Karena itu, lanjut Fathi, Pemerintah Sudan berniat untuk menjajaki kemungkinan kerja sama kedua negara dalam bidang pendidikan. Salah satunya dengan ITS nantinya. Apalagi saat ini di ITS juga terdapat enam mahasiswa program pascasarjana yang berasal dari Sudan.
Diakui Prof Fathi, saat ini beberapa tempat di Sudan masih dilanda perang saudara. Secara umum, dia menggambarkan masyarakat Sudan sebagai masyarakat transisi. Masyarakat yang sedang beralih dari kehidupan tradisional ke masyarakat dinamis modern. "Dalam kondisi masyarakat seperti ini kami membutuhkan sebuah pendidikan tinggi yang baik," ungkapnya.
Untuk itu, kunjungannya ke Indonesia ini lebih dimaksudkan untuk melihat dan membandingkan sistem maupun program pendidikan tinggi yang ada di Indonesia.
Menteri Sekretaris Negara Menerima Kunjungan Kehormatan Duta Besar Sudan
Menteri Sekretaris Negara, M. Hatta Rajasa didampingi Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan, Ibnu Purna menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Sudan untuk Indonesia, H.E. Ibrahim Bushra Mohamed Ali (8/10) di
Gedung Utama, kantor Sekretariat Negara.
Menteri Sekretaris Negara menyampaikan terima kasih atas kunjungan kehormatan Dubes Sudan dan selamat atas penugasannya untuk menjadi Duta Besar untuk Indonesia, yang diharapkan dapat memperkuat hubungan kerjasama dan meningkatkan people to people contact antara Indonesia dan Sudan. Indonesia dan Sudan mempunyai hubungan people to people contact yang didasari adanya kesamaan karena mayoritas penduduk kedua negara beragama Islam.
Banyak pelajar Indonesia yang mempunyai kesempatan belajar di Sudan dan Indonesia – Sudan sudah mempunyai perjanjian dalam kerjasama pendidikan.
Dubes Sudan menyampaikan terima kasih atas penerimaan dalam kesempatan kunjungan kehormatan ini dan sangat senang untuk dapat melakukan penugasan di Jakarta, karena hal ini bukan yang pertama kalinya di Indonesia. Sebelumnya, Dubes Sudan mempunyai kesempatan mengikuti pelatihan di Indonesia. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, Dubes Sudan mengharapkan untuk dapat meningkatkan hubungan bilateral, hubungan kerjasama ekonomi, pertukaran perdagangan, usaha-usaha meningkatkan kerjasama bisnis antara private sector dan kerjasama energi sebagaimana yang telah dilakukan Pertamina. Sudan mempunyai reputasi yang baik di bidang energi khususnya
minyak.
Menteri Sekretaris Negara sepakat bahwa kedua negara perlu meningkatkan hubungan bilateral dan kerjasama bisnis, walaupun disadari bahwa kerjasama perdagangan antara kedua negara masih rendah, namun hal tersebut tidak mencerminkan potensi kedua negara untuk melakukan kerjasama. Banyak Potensi bisnis kedua negara dapat dilakukan dengan mengusahakan peningkatan kerjasama bussiness to bussiness antara Indonesia dan Sudan. Terutama dalam menghadapi Global Finance yang diakibatkan dari krisis ekonomi di Amerika Serikat, kedua negara perlu untuk
melakukan peningkatan kerjasama bisnis seperti kerjasama perhubungan dan transportasi.
Pada kesempatan terakhir, Dubes Sudan menyampaikan terima kasih atas penerimaan dalam kunjungan kehormatan tersebut, yang diharapkan dapat mendukung kerjasama bilateral antara Indonesia dan Sudan. Sementara Menteri Sekretaris Negara menyampaikan kembali terima kasihnya atas kunjungan kehormatan Dubes Sudan di Sekretariat  Negara.
DAFTAR ISI
• SELAYANG PANDANG NEGERI SUDAN
• SYEKH FAQIH MUKHTAR: SUDAN MINTA NEGARA MUSLIM PAHAMI AKAR KONFLIK
• UNMUL KERJA SAMA DENGAN 7 UNIVERSITAS DI SUDAN
• REPUBLIK SUDAN JAJAKI KERJA SAMA DENGAN ITS
• KEHORMATAN DUTA BESAR SUDAN
• MENTERI SEKRETARIS NEGARA MENERIMA KUNJUNGAN KEHORMATAN DUTA BESAR SUDAN
SISTEM PENDIDIKAN DIBRUNAI DARUSSALAM
PENGENALAN
Sejak abad ke 15, kuasa-kuasa penjajahan Portugis, Belanda dan Sepanyol, meminjam istilah Pramoedya Ananta Teor, adalah kuasa “arus balik” yang telah mengubah trajektori sejarah perkembangan masyarakat di rantau ini, satu zon budaya, satu kultukreis yang dipanggil Nusantara (nusa=tanah; antara) termasuk Brunei, Malaysia, Indonesia dan Filipina. Lalu, oleh kuasa-kuasa penjajah itu dibahagi-bahagikan wilayah Nusantara itu menurut daerah kekuasaan masing-masing dan berkembanglah rumpun tersebut menurut acuan imperial yang berlainan hingga terdirinya negara bangsa moden seperti Brunei Darussalam, Indonesia, Filipina dan Malaysia.
Hari ini, sebahagian besar daripada mandala budaya Nusantara terdiri daripada beberapa buah negara-negara moden di Asia Tenggara yang bahagian utmanya ialah Indonesia, Filipina, Brunei, Singapura dan Malaysia.
Setelah ratusan tahun berkembang bersendirian menurut acuan yang ditentukan oleh kuasa-kuasa penjajah dan terutamanya melalui peralatan ideologi negara kolonial, maka sistem pendidikan berbeza-beza antara satu tanah jajahan dengan yang lain. Turut terdampak akibat tuntutan ideologi tersebut ialah pada daerah pengetahuan.
Ternyata bahawa epistemologi, iaitu teori yang dapat menentukan bagaimana manusia memperoleh pengetahuannya tentang alam luarannya juga berbeza-beza antara kedua-dua Malaysia dan Indonesia, khususnya. Selama beberapa ketika, kita tidak lagi mengerti, apalagi mengalami dan merasai posisi epistemologi masing-masing yang berbeza-beza itu. Oleh kerana perbezaan tersebut, maka turut berkelainan ialah ontologi, iaitu cara kita memahami dunia, eksistensi, serta fitrah manusia.
Selain itu pula, dikalangan Indonesia, Brunei dan Malaysia, kita masing-masing sering berinteraksi secara akademik dengan negara-negara pilihan masing-masing, baik di timur mahupun di barat, tetapi secara relatif kurang antara para sarjana Malaysia dengan Indonesia, malah dengan Brunei Darussalam.
Oleh kerana kurang sekali interaksi akademik dan inteklektual antara Sarawak dan juga Sabah dengan keempat-empat propinsi di Kalimantan, tetapi juga dengan negara Brunei Darussalam buat sekian lama, maka Institut Pengajian Asia Timur di Universii Malaysia Sarawak, berkat dukungan canselorinya dan kerjasama kerektoran Universitas Tanjungpura, Pontianak serta Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik di situ, kini memprakarsakan satu forum bersama bagi maksud menaikkan interaksi demikian.
Maka diharapkan perhimpunan permulaan ini di Kota Samarahan dapat mencetuskan pertukaran akademik berasaskan sekalian hasil penelitian oleh para staf akademik serta juga penelitian lainnya tentang pulau Borneo-Kalimantan, lalu dapat dimanfaatkan oleh para penyelidik seantero pulau ini. Lokasi perhimpunan seperti ini pula dicadangkan supaya bergilir-gilir di kalangan negera Brunei, Propinsi-propinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Sabah.
Konferensi antaruniversiti di pulau Borneo-Kalimantan ini berkisar pada tema utama mengenai transformasi sosial disini untuk maksud mendirikan kerjasama yang erat dan mantap di kalangan warga akademik, terutamanya angkatan mudanya yang cukup prihatin akan arah dan kecenderungan transformasi sosial di rantau ini.
Menghitung sahaja bilangan universiti di seluruh pulau Borneo-Kalimantan dengan bilangan staf akademik di pelbagai jurusan ilmu-ilmu sosial yang ratusan jumlahnya, maka tentu sahaja apabila tergabung hasil penyelidikan mereka maka, sumbangan tersebut kepada korpus pengetahuan tentang pulau ini akan menjadi terpandang, apalagi jika penulisan-penulisan itu dihasilkan sendiri oleh para warga pulau ini.
Ringkasnya, konferensi antaruniversiti ini menjadi satu lagi forum bagi para sarjana, terutamanya warga Borneo-Kalimantan. Dari situ, maka diharapkan dapat di bangunkan dan digabungkan kesarjanaan dalam upaya bersama membina pengetahuan ilmu sosial tentang isu-isu sosial yang berpancamuka sifatnya itu.
Konferensi ini juga dapat memberikan kesempatan untuk membangkitkan isu dan masalah, baik kontemporari mahupu sejarah yang di hadapi negara, propinsi dan negeri di Borneo-Kalimantan. Pada sisi lain pula dapat diperiksa keadaan pengajian Borneo-Kalimantan, lalu mengusulkan cara terbaik memajukannya dengan merenung akan kecenderungannya pada waktu-waktu lampau dan pelbagai cabarannya yang mendatang.
Sejarah Pendidikan Brunei Darussalam
Pendidikan formal di Brunei dimulai tahun 1912 dengan mulai dibukanya Sekolah Melayu di Bandar Brunei (Bandar Seri Begawan sekarang). Kemudian diikuti dengan pembukaan sekolah lain tahun 1918 di wilayah Brunei-Muara, Kuala Belait dan Tutong khusus untuk murid laki-laki berusia 7-14 tahun dengan kurikulum pelajaran mencakup membaca dan menulis dalam bahasa Arab dan Latin. Sebelumnya tahun 1916, masyarakat Tionghoa telah mendirikan sekolah sendiri di Bandar Seri Begawan. Baru pada tahun 1931 sekolah dasar swasta pertama berbahasa Inggris berdiri di Seria. Sampai dengan tahun 1941, jumlah sekolah di Brunei mencapai 32 buah yang terdiri dari 24 sekolah Melayu, 3 sekolah swasta Inggris, 5 sekolah Cina dengan jumlah murid 1.714 orang dan 312 orang murid wanita.
Pada tahun 1966, sekolah Melayu pada tingkat pendidikan menengah dibuka di Belait. Tahun 1984 kurikulum pendidikan nasional mewajibkan para siswa untuk menguasai dwibahasa yaitu bahasa Melayu dan Bahasa Inggris. Puncaknya berupa berdirinya Universiti Brunei Darussalam tahun 1985 sebagai lembaga tertinggi di bidang pendidikan.
Prioritas utama Pemerintah untuk membawa Brunei menuju kearah kemajuan dan pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia di dalam era globalisasi ini, adalah meningkatkan sektor pendidikan termasuk pendidikan teknik dan kejuruan dimana sistem dan kurikulumnya selalu ditinjau ulang.
Program pendidikan diarahkan untuk menciptakan manusia yang berakhlak dan beragama dan menguasi teknologi. Pemerintah telah menetapkan tiga bidang utama dalam pendidikan, yaitu :
Sistem dwibahasa di semua sekolah
- Konsep Melayu Islam Beraja (MIB) dalam kurikulum sekolah
- Peningkatan serta perkembangan sumber daya manusia termasuk pendidikan vokasional
(kejuruan) dan teknik.
Sistem Pendidikan Brunei
Sistem pendidikan umum Brunei memiliki banyak kesamaan dengan negara ACommonwealth@ lainnya seperti Inggris, Malaysia, Singapura dan lain-lain. Sistem ini dikenal dengan pola A7-3-2-2" yang melambangkan lamanya masa studi untuk masing-masing tingkatan pendidikan seperti: 7 tahun tingkat dasar, 3 tahun tingkat menengah pertama, 2 tahun tingkat menengah atas dan 2 tahun pra-universitas.
Untuk tingkat dasar dan menengah pertama, sistem pendidikan Brunei tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Pendidikan dasar bertujuan memberikan kemampuan dasar bagi murid-murid dalam menulis, membaca, dan berhitung disamping membina dan mengembangkan karakter pribadi.
Pendidikan TK yang merupakan bagian tingkat dasar mulai diterapkan di Brunei tahun 1979 dan sejak itu setiap anak berumur 5 tahun diwajibkan memasuki TK selama setahun sebelum diterima di SD kelas 1. Kenaikan tingkat dari TK ke SD dilakukan secara otomatis. Di tingkat SD, mulai dari kelas 1 dan seterusnya setiap murid akan mengikuti ujian akhir tahun dan hanya murid yang berprestasi saja yang dapat melanjutkan ke kelas berikutnya. Sementara yang gagal harus Atinggal kelas@ dan sesudah itu baru mendapat kenaikan kelas otomatis.
Setelah mengikuti pendidikan dasar 7 tahun, murid yang lulus ujian akhir dapat melanjutkan pendidikannya ke SLTP selama 3 tahun. Bagi siswa yang lulus ujian akhir SLTP akan memiliki pilihan yaitu:
- Dapat meneruskan pelajaran ke tingkat SLTA . Di tahun ke-2, siswa akan menjalani ujian penentuan tingkat yang dikenal BCGCE (Brunei Cambridge General Certificate of Education) yang terdiri dari 2 tingkat yaitu tingkat AO@ dan AN@. Bagi siswa yang berprestasi baik akan mendapat ijazah tingkat AO@ artinya siswa dapat meneruskan pelajaran langsung ke pra-universitas selama 2 tahun untuk mendapatkan ijazah Brunei Cambridge Advanced Level Certificate tingkat AA@ . Sementara itu, siswa tingkat AN@ harus melanjutkan studinya selama setahun lagi dan kemudian baru dapat mengikuti ujian bagi mendapatkan ijazah tingkat AO@.
- Bagi siswa tamatan SLTP yang tidak ingin melanjutkan pelajarannya ke universitas dapat memilih sekolah kejuruan seperti perawat kesehatan, kejuruan teknik dan seni, kursus-kursus atau dapat terjun langsung ke dunia kerja.
Perbandingan dengan sistem Indonesia
Dari paparan di atas kita dapat melihat adanya perbedaan sistem yang digunakan Brunei dan Indonesia antara lain pendidikan dasar Brunei dimulai sejak Taman Kanak Kanak ketika anak berumur 5 tahun sementara di Indonesia baru dimulai pada tingkat sekolah dasar ketika anak berumur 6 tahun.
Pendidikan menengah pertama antara Brunei dan Indonesia memiliki banyak kesamaan sedangkan pada tingkat menengah atas, sistem pendidikan Brunei memberikan peluang bagi siswa berprestasi memuaskan untuk dapat menyelesaikan pendidikannya setahun lebih cepat dibandingkan dengan siswa berprestasi kurang. Dengan menghemat waktu setahun memungkinkan pula siswa berprestasi tersebut menyiapkan diri lebih cepat ke jenjang perguruan tinggi. Dengan sistem di Indonesia sekarang ini dapat disamakan dengan siswa unggul yang Alompat@ kelas.
Dalam kemampuan penyerapan bahasa asing, di Brunei Darussalam sejak kelas 3 SD, murid-murid sudah diarahkan menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar resmi di sekolah disamping bahasa Melayu. Beberapa mata pelajaran seperti matematika, geografi diajarkan guru dengan menggunakan bahasa Inggris. Berbeda dengan di Indonesia dimana bahasa Inggris hanyalah merupakan salah satu mata pelajaran, sedangkan bidang studi lainnya diajarkan dalam bahasa Melayu.
Bagi siswa yang ingin terjun ke dunia kerja dengan sistem pendidikan di Indonesia, sejak pendidikan menengah pertama (SLTP) sudah mulai mengarahkan siswanya untuk mengambil jalur kejuruan sementara di Brunei Darussalam sekolah kejuruan tersebut baru diperkenalkan setelah siswa tamat SLTP. Seperti negara Persemakmuran lainnya, Brunei mengenal adanya pendidikan pra-universitas yang berlangsung selama 2 tahun, sedangkan di Indonesia para tamatan sekolah menengah atas (SMU) dapat langsung mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Bagi siswa yang tidak diterima di PTN, siswa dapat melamar di berbagai perguruan tinggi swasta dalam negeri.
Upaya memajukan pendidikan Brunei Darussalam
Dalam bidang pendidikan, Pemerintah Brunei Darussalam lebih mengutamakan pada penciptaan SDM yang berahlak, beragama, dan menguasai teknologi. Sistim pendidikan umum di Brunei Darussalam memiliki banyak kesamaan dengan negara-negara “commonwealth” seperti Inggris, Malaysia, Singapura, dan lain-lain. Salah satu target yang akan dicapai di bidang Pendidikan adalah meningkatkan angka lulusan Pendidikan sekolah tinggi di Brunei Darussalam. Upaya yang telah dilakukan antara lain sejak tahun 2003, UBD telah membuka peluang bagi keterlibatan sektor swasta di bidang penelitian. Peluang keterlibatan pihak swasta dimaksudkan agar Pemerintah dan pihak swasta dapat bekerjasama dalam pembangunan nasional di bidang Pendidikan.
DINAMIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI BRUNEI DARUSSALAM
I. Potret Sistem Pemerintahan
Brunei Darussalam merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang terkenal sangat makmur. Brunei Darussalam yang merupakan anggota ke-6 ASEAN ini mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris pada tanggal 1 Januari 1984. Kepala negara Brunei Darussalam adalah seorang Sultan yang sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan (Perdana Menteri). Kendatipun wewenang serta kekuasaan Sultan yang diberikan Konstitusi begitu besar, namun sistem pemerintahan Brunei Darussalam bersifat demokratis. Tetapi dalam hal cara pemilihan para birokrat di Brunei cenderung dengan sistem rekruitmen tertutup. Sistem ini tidak menyerap personil dari seluruh lapisan masyarakat.1 Jadi, Brunei merupakan negara kerajaan dengan kepala pemerintahan berada di tangan sultan.
II. Kondisi Demografi dan Potensi Income
Kira-kira dua pertiga jumlah penduduk Brunei adalah orang Melayu. Kelompok etnik minoritas yang paling penting dan yang menguasai ekonomi negara ialah orang Tionghoa (Han) yang menyusun lebih kurang 15% jumlah penduduknya. Etnis-etnis ini juga menggambarkan bahasa-bahasa yang paling penting: bahasa Melayu yang merupakan bahasa resmi, serta bahasa Tionghoa. Bahasa Inggris juga dituturkan secara meluas, dan terdapat sebuah komunitas ekspatriat yang agak besar dengan sejumlah besar warganegara Britania dan Australia. Islam ialah agama resmi Brunei, dan Sultan Brunei merupakan kepala agama negara itu. Agama-agama lain yang dianut termasuk agama Buddha (terutamanya oleh orang Tiong Hoa), agama Kristen, serta agama-agama orang asli (dalam komunitas-komunitas yang amat kecil). Ekonomi kecil yang kaya ini adalah suatu campuran keusahawanan dalam negeri dan asing, pengawalan kerajaan, kebajikan, serta tradisi kampung.
1 Pakde Sofa, Berbagai Model Pemerintahan di Dunia, /berbagai-model-sistem-pemerintahandi-dunia/ Pengeluran minyak mentah dan gas alam terdiri dari hampir setengah PDB. Pendapatan yang cukup besar pekerjaan luar negeri menambah pendapatan daripada pengeluaran dalam negeri.2
III. Filsafat Pendidikan yang Dijadikan Dasar Pengembangan Pendidikan
Program pendidikan diarahkan untuk menciptakan manusia yang berakhlak dan beragama dan menguasi teknologi. Pemerintah telah menetapkan tiga bidang utama dalam pendidikan, yaitu :
• Sistem dwibahasa di semua sekolah
• Konsep Melayu Islam Beraja (MIB) dalam kurikulum sekolah
• Peningkatan serta perkembangan sumber daya manusia termasuk pendidikan
vokasional (kejuruan) dan teknik.3
IV. Kebijakan Strategis Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, Pemerintah Brunei Darussalam lebih mengutamakan pada penciptaan SDM yang berahlak, beragama, dan menguasai teknologi. Sistim pendidikan umum di Brunei Darussalam memiliki banyak kesamaan dengan negara-negara “commonwealth” seperti Inggris, Malaysia, Singapura, dan lain-lain. Salah satu target yang akan dicapai di bidang Pendidikan adalah meningkatkan angka lulusan Pendidikan sekolah tinggi di Brunei Darussalam. Upaya yang telah dilakukan antara lain sejak tahun 2003, UBD telah membuka peluang bagi keterlibatan sektor swasta di bidang penelitian. Peluang keterlibatan pihak swasta dimaksudkan agar Pemerintah dan pihak swasta dapat bekerjasama dalam pembangunan nasional di bidang Pendidikan.4
V. Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendidikan Agama
Baginda merumuskan, semua objektif di dalam pendidikan ialah bagi melahirkan rakyat yang taat beragama di mana mereka akan menjadi pelita ummah yang mempunyai fahaman dan pegangan yang betul. Kea rah itu, baginda turut berharap supaya dikemaskinikan mata pelajaran Pengetahuan Agama Islam atau Islamic Religious Knowledge (IRK) dalam persekolahan umum. Sehubungan dengan itu, baginda percaya, program pengembangan sumber tenaga manusia dengan dana sejumlah $250 juta yang diluluskan barubaru ini juga akand apat melihat aspek ini.
Yakni, titah baginda, manusia yang dirancang dan akan lahir dari pada program tersebut ialah manusia Brunei yang berilmu, mahir dan beramal salih. Baginda menambah titah, semenjak kerajaan memperkenalkan sistem persekolahan agama hampir setengah abad yang lalu, rakyat negara ini telah dapat mempelajari ilmu-ilmu agama khasnya Ibadat dan Al-Quran dan seterusnya perlaksanaan Pelajaran Dewasa Agama. Semenjak itulah juga, titah baginda, persekolahan agama telah berjaya mencorakkan hidup kita selaku orang-orang Islam di mana daripadanya terpancar sinar agama menyinari kehidupan ini.5
VI. Sistem Perjenjangan Pendidikan yang Dikembangkan
Sistem pendidikan umum Brunei memiliki banyak kesamaan dengan negara Commonwealth lainnya seperti Inggris, Malaysia, Singapura dan lainlain. Sistem ini dikenal dengan pola A7-3-2-2" yang melambangkan lamanya masa studi untuk masing-masing tingkatan pendidikan seperti: 7 tahun tingkat dasar, 3 tahun tingkat menengah pertama, 2 tahun tingkat menengah atas dan 2 tahun pra-universitas. Untuk tingkat dasar dan menengah pertama, sistem pendidikan Brunei tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Pendidikan dasar bertujuan memberikan kemampuan dasar bagi murid-murid dalam menulis, membaca, dan berhitung disamping membina dan mengembangkan karakter pribadi. Pendidikan TK yang merupakan bagian tingkat dasar mulai diterapkan di Brunei tahun 1979 dan sejak itu setiap anak berumur 5 tahun diwajibkan memasuki TK selama setahun sebelum diterima di SD kelas 1. Kenaikan tingkat dari TK ke SD dilakukan secara otomatis. Di tingkat SD, mulai dari kelas 1 dan seterusnya setiap murid akan mengikuti ujian akhir tahun dan hanya murid yang berprestasi saja yang dapat melanjutkan ke kelas berikutnya. Sementara yang gagal harus tinggal kelas dan sesudah itu baru mendapat kenaikan kelas otomatis. Setelah mengikuti pendidikan dasar 7 tahun, murid yang lulus ujian akhir dapat melanjutkan pendidikannya ke SLTP selama 3 tahun. Bagi siswa yang lulus ujian akhir SLTP akan memiliki pilihan yaitu:
• Dapat meneruskan pelajaran ke tingkat SLTA . Di tahun ke-2, siswa akan menjalani ujian penentuan tingkat yang dikenal BCGCE (Brunei Cambridge General Certificate of Education) yang terdiri dari 2 tingkat yaitu tingkat AO dan AN. Bagi siswa yang berprestasi baik akan mendapat ijazah tingkat AO artinya siswa dapat meneruskan pelajaran langsung ke pra-universitas selama 2 tahun untuk mendapatkan ijazah Brunei Cambridge Advanced Level Certificate tingkat AA. Sementara itu, siswa tingkat AN harus melanjutkan studinya selama setahun lagi dan kemudian baru dapat mengikuti ujian bagi mendapatkan ijazah tingkat AO.
• Bagi siswa tamatan SLTP yang tidak ingin melanjutkan pelajarannya ke universitas dapat memilih sekolah kejuruan seperti perawat kesehatan, kejuruan teknik dan seni, kursus-kursus atau dapat terjun langsung ke dunia kerja.6
VII. Perbandingan Dengan Sistem Pendidikan Indonesia
Dari paparan di atas kita dapat melihat adanya perbedaan sistem yang digunakan Brunei dan Indonesia antara lain pendidikan dasar Brunei dimulai sejak Taman Kanak Kanak ketika anak berumur 5 tahun sementara di Indonesia baru dimulai pada tingkat sekolah dasar ketika anak berumur 6 tahun. Pendidikan menengah pertama antara Brunei dan Indonesia memiliki banyak kesamaan sedangkan pada tingkat menengah atas, sistem pendidikan Brunei memberikan peluang bagi siswa berprestasi memuaskan untuk dapat menyelesaikan pendidikannya setahun lebih cepat dibandingkan dengan siswa berprestasi kurang. Dengan menghemat waktu setahun memungkinkan pula siswa berprestasi tersebut menyiapkan diri lebih cepat ke jenjang perguruan tinggi. Dengan sistem di Indonesia sekarang ini dapat disamakan dengan siswa unggul yang lompat kelas. Dalam kemampuan penyerapan bahasa asing, di Brunei Darussalam sejak kelas 3 SD, murid-murid sudah diarahkan menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar resmi di sekolah disamping bahasa Melayu. Beberapa mata pelajaran seperti matematika, geografi diajarkan guru dengan menggunakan bahasa Inggris. Berbeda dengan di Indonesia dimana bahasa Inggris hanyalah merupakan salah satu mata pelajaran, sedangkan bidang studi lainnya diajarkan dalam bahasa Melayu. Bagi siswa yang ingin terjun ke dunia kerja dengan sistem pendidikan di Indonesia, sejak pendidikan menengah pertama (SLTP) sudah mulai mengarahkan siswanya untuk mengambil jalur kejuruan sementara di Brunei Darussalam sekolah kejuruan tersebut baru diperkenalkan setelah siswa tamat SLTP. Seperti negara Persemakmuran lainnya, Brunei mengenal adanya pendidikan pra-universitas yang berlangsung selama 2 tahun, sedangkan di
Indonesia para tamatan sekolah menengah atas (SMU) dapat langsung mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Bagi siswa yang tidak diterima di PTN, siswa dapat melamar di berbagai perguruan tinggi swasta dalam negeri.
‘COMPULSORY EDUCATION ORDER 2007’ DIKUATKUASAKAN
BANDAR SERI BEGAWAN, Khamis, 24 Januari. - Bagi meningkatkan kualiti pendidikan malahan bagi memastikan semua kanak-kanak di negara ini mendapat pendidikan formal dalam tempoh yang sewajarnya di sekolah-sekolah sekurang-kurangnya sembilan tahun persekolahan, Kerajaan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam telah mewartakan ‘Compulsory Education Order 2007’ melalui Kementerian Pendidikan yang berkuat kuasa mulai 24 November 2007.
Ini juga sebagai mendukung pertumbuhan ekonomi dan kestabilan negara, di mana Kementerian Pendidikan telah mengambil langkah-langkah proaktif dalam mengkaji semula serta menghalusi amalan-amalan dan dasar-dasar pendidikan dan dengan yang demikian memastikan perkembangan dan pembaikan yang berterusan sejajar dengan visi serta misinya.
Perkara ini telah dinyatakan oleh Timbalan Menteri Pendidikan, Yang Mulia Pengiran Dato Seri Setia Dr. Haji Mohammad wakil Menteri Pendidikan di Majlis Pelancaran Buku Panduan Perkhidmatan Bimbingan dan Kaunseling dan Bengkel Pendidikan Kerjaya Bagi Sekolah-sekolah Negara Brunei Darussalam yang berlangsung di Hotel Antarabangsa Rizqun, Gadong di sini.
Salah satu langkah yang diambil dalam memperluaskan visi dan misi Kementerian Pendidikan itu ialah dengan memperkenalkan pendidikan wajib di Negara Brunei Darussalam bagi mengukuhkan Dasar Pendidikan 12 Tahun yang dilaksanakan dalam Sistem Pendidikan Negara pada masa ini.
Tajuk panjang bagi perintah ini ialah ‘Satu Perintah Untuk Menyediakan Pendidikan Wajib dan Bagi Perkara-perkara Yang Berkaitan Dengannya’.
Sebaik sahaja perintah ini berkuat kuasa pada 24 November 2007, maka semua kanak-kanak yang mencapai umur persekolahan wajib iaitu dilahirkan pada atau selepas 1 Januari 2002, kecuali kanak-kanak yang diberi pengecualian (exemption) di bawah perintah ini, yang merupakan warga Negara Brunei Darussalam dan menetap di negara ini adalah dikehendaki oleh undang-undang untuk mendaftar dan belajar di sekolah sebagai pelajar.
Kegagalan berbuat demikian adalah dikira melanggar ‘Compulsory Education Order 2007’ dan boleh menyebabkan ibu bapa kanak-kanak tersebut menghadapi tindakan undang-undang.
Matlamat utama perintah ini adalah untuk memastikan semua kanak-kanak berumur di antara enam dan 15 tahun yang memenuhi syarat-syarat untuk menerima pendidikan rendah dan menengah adalah berdaftar secara rasmi serta menerima pendidikan yang bersesuaian di sekolah-sekolah.
Oleh itu adalah diharapkan semua pihak yang berkenaan seperti agensi-agensi kerajaan, para ibu bapa, para penghulu dan ketua kampung, pengetua-pengetua dan guru-guru besar serta guru-guru akan dapat memberikan kerjasama sepenuhnya dalam memastikan hasrat murni Kerajaan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam dalam bidang pendidikan tercapai dengan sebaik-baiknya untuk faedah dan kemanfaatan bangsa dan negara kita sendiri.
Pendidikan Al Quran di Brunei Darussalam
Pendidikan AL Quran di Brunei Darussalam memiliki sistem yang sangat rapi sehingga semua pelajar di semua tingkatan dapat menikmatinya dengan sempurna
Iqna: Haji Ahna Imad, Wakil Ketua yayasan pendidikan dan sains Brunei di sela-sela pertemuan negara-negara Asean di bidang pengembangan ekonomi pendidikan dan pembelajaran negara-negara Islam mengatakan, bahwa sebenarnya ISISCO adalah yang paling bertanggungjawab untuk menyelenggarakan pertemuan semacam ini.
Menurutnya, pertemuan semacam ini akan membantu masing-masing negara untuk menggali dan tukar menukar pengalamannya dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di negara masing-masing.
Beliau menjelaskan bahwa di neharanya pendidikan dibagi dalam beberapa tingkatan, namun di semua tingkatan pendidikan agama dan Al Quran merupakan mata pelajaran wajib dan para pendidik dan penyelenggara pendidikan haruslah memberikan perhatian dan porsi yang cukup pada keduanya.
Daftar Rujukan
http://www.indonesia.org.bn/org/indonesia/Education/index-ed.htm
http://massofa.wordpress.com/2008/05/09/berbagai-model-sistem-pemerintahandi-
dunia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Brunei
http://www.brunet.bn/news/pelita/06julai/pelita1.htm
2 Wikipedia Indonesia, Sejarah Brunei, (Online),
http://id.wikipedia.org/wiki/Brunei
3 http://www.indonesia.org.bn/org/indonesia/Education/index-ed.htm
4 http://www.indonesia.org.bn/org/indonesia/Education/index-ed.htm
5 http://www.brunet.bn/news/pelita/06julai/pelita1.htm
6 http://www.indonesia.org.bn/org/indonesia/Education/index-ed.htm
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar